Malam itu. Ketika sebuah pesan datang padaku. Dan sejak kepergianmu, tidurku tak pernah lelap lagi. Mata terbuka untuk mengingat semuanya, hingga cahaya matahari membuatku tersadar. Selalu berharap ada pesan baru, meski itu tak mungkin lagi, walau hanya sebuah ucapan 'selamat pagi'.
Tetap pergi ke tempat kita sering bertemu, memesan dua piring, tapi kini tanpamu lagi. Makan ditemani bangku kosong dan bayanganmu. Hingga orang mengira aku telah gila. Tidak, bukan gila, aku hanya merasa kalau kau masih menemaniku, meski kenyataan tak lagi sama.
Berat rasanya kau tinggalkan. Mencoba berubah, tetapi sesuatu selalu mencoba menghalangiku. Masih berpikir, suatu saat nanti kau akan kembali, entah berapa lama lagi.
Masih berharap melihat senyummu untukku. Masih berharap kamu mau mendengarku. Masih berharap dirimu bersandar di bahuku. Namun sepertinya harapanku hanya membuang waktu. Karena aku tahu, bahkan diriku tak pernah terlintas di pikiranmu.
Aku selalu menunggu di tempat kita bertemu. Aku meninggalkan telepon dalam keadaan hidup, untuk menerima pesanmu. Aku akan menyambutmu dengan senyum, seakan kau tak pernah pergi. Jika kau kembali kesini.
Mungkin aku terlihat bodoh. Mungkin aku menyia-nyiakan waktu. Mengkin terlalu beresiko apa yang kini kulakukan. Mungkin ini akan menghancurkan hidupku. Tapi, apa ada yang lebih menghancurkan selain kehilanganmu?
Aku akan selalu menanti, jika kau kembali. Kembali.
Tetap pergi ke tempat kita sering bertemu, memesan dua piring, tapi kini tanpamu lagi. Makan ditemani bangku kosong dan bayanganmu. Hingga orang mengira aku telah gila. Tidak, bukan gila, aku hanya merasa kalau kau masih menemaniku, meski kenyataan tak lagi sama.
Berat rasanya kau tinggalkan. Mencoba berubah, tetapi sesuatu selalu mencoba menghalangiku. Masih berpikir, suatu saat nanti kau akan kembali, entah berapa lama lagi.
Masih berharap melihat senyummu untukku. Masih berharap kamu mau mendengarku. Masih berharap dirimu bersandar di bahuku. Namun sepertinya harapanku hanya membuang waktu. Karena aku tahu, bahkan diriku tak pernah terlintas di pikiranmu.
Aku selalu menunggu di tempat kita bertemu. Aku meninggalkan telepon dalam keadaan hidup, untuk menerima pesanmu. Aku akan menyambutmu dengan senyum, seakan kau tak pernah pergi. Jika kau kembali kesini.
Mungkin aku terlihat bodoh. Mungkin aku menyia-nyiakan waktu. Mengkin terlalu beresiko apa yang kini kulakukan. Mungkin ini akan menghancurkan hidupku. Tapi, apa ada yang lebih menghancurkan selain kehilanganmu?
Aku akan selalu menanti, jika kau kembali. Kembali.
Komentar
Posting Komentar