Kita sudah mengarah ke tempat berbeda. Kau ingin bertualang,
mencoba segala yang baru, dan aku, hanya ingin kau tetap di sini, berada dalam
kenyamanan. Kenyamanan yang mungkin sudah tiada bagimu. Kau ingin untuk melihat
dunia yang lebih luas, tapi aku khawatir pergimu meruntuhkanku.
Berbagai cara sudah kucoba, namun tekadmu sudah bulat, kau
akan pergi. Dulu kau bilang akan selamanya di sini, menemani tanpa henti. Lalu waktu
membawa kita, untuk berjalan lebih cepat dari yang pernah terkira. Rasa itu
sudah menghambar, dan sebanyak apapun garam yang kutambahkan, tak pernah bisa
mengembalikannya. Kau memang ingin mencoba rasa baru, dan aku hanya bisa
merelakan. Tak baik menahanmu selalu, menghambat perkembanganmu. Meski aku
tahu, akulah yang berhenti berkembang ketika kau bertualang dan tak kembali.
Malam itu, kau pamit padaku. Pamit bertualang mencoba rasa
dan nyaman baru, yang jauh lebih baik untukmu. Dan aku hanya bisa berkata ‘iya’,
toh apalagi yang akan kukatakan. Melarangmu? Akan memperburuk keadaan, dan aku
tak ingin kau memburuk jika terus di sini. Satu yang kuingat, katamu kita bisa
terus berteman. Aku hanya tertawa, karena probabilitas dari perkataanmu itu sungguh
kecil sekali. Tak perlu mengatakan itu, seandainya kita tak lagi berteman pun,
aku akan selalu mendukungmu. Turut berbahagia jika terwujud semua keinginanmu.
Pergilah, raih hidupmu. Doaku akan selalu menyertaimu.
-Untukmu, yang pernah berkembang bersamaku-
Komentar
Posting Komentar